Analisis Mitologi Bulus (Labi-Labi) dalam Film Setan Jawa Karya Garin Nugroho

Main Article Content

Jangkung Putra Pangestu Tambak Sihno Purwanto

Abstract

Film Setan Jawa mengisahkan tentang pesugihan kandang bubrah yang disimbolkan dengan bulus (Labi-labi) sebagai setan pemberi pesugihan. Selain sebagai simbol pesugihan, mitologi bulus sudah lama muncul dalam peradaban Jawa. Artikel ini bertujuan menganalisis mitologi bulus dalam Film Setan jawa, kemudian membandingkan dengan mitologi bulus pada masyarakat Jawa dari masa ke masa. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode deskriptif komparatif dengan teknik pengumpulan data studi pustaka. Hasilnya, mitologi bulus di Masyarakat Jawa mengalami perubahan makna. Pada masa klasik bulus dianggap sebagai jelmaan dewa, pada masa Islam bulus mengalami variasi makna tergantung wilayah kebudayaannya. Di wilayah dengan pengaruh Islam yang kuat bulus dianggap sebagai hewan suci, namun pada wilayah dengan pengaruh Islam yang lemah mitologi bulus dimaknai sebagai hewan mistik yang memiliki kekuatan magis. Film Setan Jawa menggambarkan mitologi bulus (Labi-labi) pada masa Islam Modern yaitu sebagai hewan ghaib pemberi kekayaan kepada pemujanya.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Pangestu, J., & Purwanto, T. (2025). Analisis Mitologi Bulus (Labi-Labi) dalam Film Setan Jawa Karya Garin Nugroho. MAVIB Journal : Jurnal Multimedia Audio Visual and Broadcasting, 6(1), 1-11. https://doi.org/https://doi.org/10.33050/mavib.v6i1.3232
Section
Articles
Author Biographies

Jangkung Putra Pangestu, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Jurusan Tata Kelola Seni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Tambak Sihno Purwanto, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Jurusan Tata Kelola Seni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

References

[1] A. K. Dewi, Y. A. Piliang, I. Irfansyah, and A. I. Saidi, Gerak Pada Film Sebagai Kode Budaya Studi Kasus Film Setan Jawa Karya Garin Nugroho,” Mudra Jurnal Seni Budaya, vol. 35, no. 3, pp. 376–380, Sep. 2020, doi: 10.31091/mudra.v35i3.826.
[2] H. Suryanto, “Pergelaran Film setan Jawa Representasi Film Yang Menggunakan Kearifan Lokal sebagai Strategi Menuju film beridentitas nusantara,” IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru, vol. 14, no. 1, pp. 26–34, Apr. 2023, doi: 10.52290/i.v14i1.102.
[3] I. Y. F. Fenda and H. Handriyotopo, “Metaphor in the film setan jawa,” Capture : Jurnal Seni Media Rekam, vol. 12, no. 2, pp. 189–195, Jul. 2021, doi: 10.33153/capture.v12i2.3441.
[4] B. Lubis, Ed., Mitologi Nusantara: Penerapan Teori. Bengkulu: Penerbit Quiksi, 2011.
[5] B. Ramadhani and N. M. Ervan, “Keterkaitan budaya mitos yang dipercaya masyarakat terhadap pandangan agama islam,” Jurnal Dinamika Sosial Budaya, vol. 25, no. 2, p. 14, Oct. 2023, doi: 10.26623/jdsb.v25i3.4621.
[6] Sartini, “Mitos: Ekplorasi definisi dan fungsinya dalam kebudayaan,” Jurnal Filsafat , vol. 24, no. 2, pp. 192–210, Aug. 2014.
[7] G. F. S. Aji, “Mitologi dan Eksistensi Sastra Indonesia dalam Pusaran Posthumanisme ,” Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan, vol. 2, no. 1, pp. 77–89, Jun. 2020, doi: 10.26499/jl.v2i1.42.
[8] S. Iswidayati, “Fungsi mitos dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya,” Harmonia jurnal pengetahuan dan pemikiran seni, vol. VIII, no. 2, pp. 180–184, Aug. 2007.
[9] R. Nurafia, “Mitos dalam novel haniyah dan ala di rumah teteruga karya erni aladjai,” Jurnal Skripta, vol. 7, no. 2, Nov. 2021, doi: 10.31316/skripta.v7i2.1849.
[10] R. Rajiyem and W. A. Setianto, “Praktik Sosiokultural dalam Wacana Legenda dan Mitos ‘Tanah Mangir’ Desa Mangir Bantul,” Jurnal Ilmu Komunikasi, vol. 20, no. 3, p. 335, Dec. 2022, doi: 10.31315/jik.v20i3.6954.
[11] A. Wahab Syakhrani and M. Luthfi Kamis, “Budaya dan kebudayaan: Tinjauan dari berbagai pakar, wujud-wujud kebudayaan, 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal,” Cross-Border, vol. 05, no. 01, pp. 782–791, Jun. 2022.
[12] H. S. Ahimsa-Putra, “Bahasa, sastra, dan kearifan lokal di indonesia,” Mabasan, vol. 3, no. 1, pp. 30–57, Jan. 2019, doi: 10.26499/mab.v3i1.115.
[13] Agustianto, “Makna simbol dalam kebudayaan manusia,” Jurnal Ilmu Budaya, vol. 08, no. 01, pp. 1–7, 2011.
[14] Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi dan R&D. 2018.
[15] Z. Abdussamad, Metode penelitian kualitatif. CV. Syakir Media Press, 2021.
[16] Surono, “Studi Kepustakaan,” Info Persada, vol. 6, no. 2, pp. 66–72, 2008.
[17] A. A. Santosa and A. Sudaryandari, “Habitat dan Biologi LAbi-Labi(Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) di Kabupaten Kutai KArtanegara, Kalimantan Timur,” presented at the Seminar Nasional Perikanan Indonesia, STP Jakarta, Nov., pp. 25–31.
[18] Mumpuni, “Kerabat Labi-Labi (Suku Trionychidae) di I INDONESIA,” Fauna Indonesia, vol. 10, no. 2, pp. 11–17, Dec. 2011.
[19] H. P. Wicesa, A. B. Ilham P, D. Sartika, M. M. Amin, and Budi Setiadi Daryono, “Melacak lelembut raksasa penunggu sungai di jawa,” Warta Heterofauna Vol XI no 1, pp. 19–24, Mar. 2019.
[20] T. M. R. Istari, Ragam hias candi-candi di Jawa: Motif dan maknanya. Penerbit Kepel Press, 2015.
[21] P. Handoko and C. Pujimahanani, “Peran dan jenis binatang dalam relief cerita binatang di candi jawa timur,” presented at the Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016, pp. 383–388.
[22] N. H. Cahyono, Sugiyamin, I. Q. Barriyah, and M. R. Susanto, “Kajian ikonology relief pancatantra candi sojiwan,” JSRW (Jurnal Senirupa Warna), vol. 11, no. 2, pp. 142–160, Jul. 2023, doi: 10.36806/jsrw.v11i2.172.
[23] H. Purwanto and C. P. Titasari, “Mandala Kadewaguruan: The Place for Religius Education in The West Slope of Mount Lawu in 14th – 15th Century,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol. 5, no. 1, pp. 13–42, Jun. 2020, doi: 10.24832/jpnk.v5i1.1505.
[24] A. Halim, “The meaning of ornaments in the hindu and buddhist temples on the island of java (ancient - Middle - Late classical eras),” Riset Arsitektur (RISA), vol. 1, no. 02, pp. 170–191, Jul. 2017, doi: 10.26593/risa.v1i02.2391.170-191.
[25] M. T. Riyanti, “Kajian fungsi dan makna relief candi sukuh di jawa tengah,” 2018.
[26] Supatmo, “Keragaman Seni Hias Bangunan Bersejarah Masjid Agung Demak,” Jurnal Imajinasi, vol. X, no. 2, pp. 107–120, Jul. 2016.
[27] S. Mulyani, S. Muharomah, and M. D. Jayanti, “Folklor sendang bulus jimbung klaten as learning moral education,” Hortatori : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, vol. 5, no. 1, pp. 79–85, Jun. 2021, doi: 10.30998/jh.v5i1.639.
[28] Riyanto, Nugroho Garin. Setan Jawa (Film). 2017.
[29] Purwadi and E. P. Purnomo, Kamus Sansekerta Indonesia. BudayaJawa.Com, 2005.
[30] H. A. Fitzpatrick and A. Senoprabowo, “Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi Dalam Film ‘Everything Everywhere All At Once,’” MAVIB Journal , vol. 5, no. 1, pp. 14–28, Feb. 2024.
[31] Waryono, “berebut “Berkah” Sendang Seliran Dalam Perspektif Beberapa Komunitas Masyarakt Mulism Kotagede, Yogyakarta” Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 19 No. 3 Tahun 2017, hal 369-384